Sunday, January 2, 2011

AI Untuk Aisha

Gue ngarang nih. Ceritanya ttg anak namanya Alif yang jago programming dan betapa dia nyamain dunia maya sama dunia nyata, tapi mulai bingung tentang merging dua dunia itu pas jatuh cinta u/ pertama kali...
Gue tau ujungnya nggembos, gue tau cerita ini abal...tapi, well, enjoy!
- Alfi

-------

Entah bagaimana, aku bisa membaca kehidupan semudah aku membaca routine sebuah program.
 Tapi ini berbeda. Hei, aku sudah menciptakan berbagai Artificial Intelligence alias AI, Kecerdasan Buatan, dan entah karena itu atau kenapa tapi aku jadi mampu membaca tindakan setiap orang. Dari hobi yang sama aku juga mampu membuat rencana sempurna, dimana tiap rutin berjalan semestinya, namun kali ini adalah sebuah kasus yang berbeda. Entah kenapa aku tidak bisa membaca jalan pikiran seorang yang satu ini.
 Aku begitu terbiasa membaca program. Aku telah merasa terhanyut ke dalam aliran sungai berbeda yang bersikan digit 0 dan 1. Hidupku telah mendigitalisasikan diri, bagiku dunia maya yang abstrak dan dunia nyata yang begitu riil telah menyatu menjadi satu, sebuah kombinasi yang unik namun mungkin. Bagiku, di dunia nyata maupun maya, rumusnya sama. Jika dalam kondisi A, akan terbentuk variabel bernamakan variabel X. Jika variabel X ini diproses sesuai kondisi B, maka nilai dalam variabel tersebut akan berubah, dan nilai temporernya disimpan dalam variabel Y. Kemudian barulah dilakukan ekuasi dimana X ekuivalen dengan Y.
 Itu baru rutin dasar. Hidup bisa menjadi lebih kompleks, namun bagiku, walaupun semakin rumit jaringannya, rutinnya tidak berubah. Hanya sebuah rutin yang ribet dan berskala besar, namun berlakulah fungsi repetisi sehingga menjadi sebuah jaringan rutin yang berbeda. Hidupku tidak pernah lebih dari itu.
 Hingga datanglah seorang gadis bernama Aisha.
 Di dalam daftar rutinku, aku telah membuat kira-kira seratus tigapuluh ribu rutin berisi AI yang memiliki sifat, reaksi, dan sikap yang berbeda-beda. Masing2 AI mempunyai rutin yang sama. Aku hafal tiap fungsi di dalam tiap AI, dan dari itu aku hafal sifat tiap orang hingga ke rahasia2 yang mungkin disembunyikannya. Aku juga telah menambahkan ekuasi Rumus Kekacauan, nilai berkisar kira kira 4,669 untuk mengantisipasi kejadian dan ledakan tak terduga dari AI tersebut. Dan di dunia nyata, dugaanku yang tertuang dalam formula AI tersebut 100% benar.
 Paling tidak, sebelum Aisha masuk dalam hidupku.
 Aku entah kenapa begitu tertarik padanya. Ia berbeda, hanya itu yang bisa kudeskripsikan. Ini tidak wajar, biasanya aku bisa mendeskripsikan seseorang dari fisik hingga psikis nya dengan berdasar kepada AI-ku yang paling tepat mendeskripsikan orang tersebut.
 Aisha cantik. Itu aku yakin. Banyak gadis yang lebih cantik darinya, namun aku tetap merasa lebih senang memandang wajah Aisha dibanding gadis2 cantik tersebut.
 Aku berusaha mengenalnya. Dari sejak berkenalan hingga kini kami berteman baik, malah bisa dibilang bersahabat, aku telah berusaha membuat AI yang mungkin bisa mendeskripsikannya -- kira2 sudah dua ratus enam puluh tujuh kali -- namun tidak satupun yang cocok. Entah kenapa, aku selalu mencapai jalan buntu di tengah jalan.
 Ini tidak biasa. Aku selalu berusaha mengenal orang dengan membuat scratch AI nya, dan biasanya dari lembar tersebut akan berkembang sistem yang lebih kompleks, hingga jadilah kode AI yang sempurna. Dengan mempelajari AI tersebut, aku bisa mempelajari sifat orang yang ku ingin tahu.
 Namun aku selalu gagal membuat kode AI yang bisa menggambarkan Aisha. Selalu ada yang meleset -- 267 AI yang kucoba tidak ada satupun yang akurat.
 Aisha memang berbeda. Tidak hanya aku tidak bisa membuat AI yang sempurna untuk mendeskripsikannya, ia entah bagaimana benar2 mempengaruhi hidupku. Aku selalu berusaha membuatnya terkesan. Ia ilmuwan, kecerdasannya telah dikagumi banyak orang, dan banyak yang bilang bahwa hanya aku yang bisa mengerti perkataannya. Namun ia juga orang yang extrovert, ia benar2 terbuka, dan karena itu juga ia dengan mudah mendapatkan teman. Atau cowok lain yang juga suka padanya.
 Aku belum bilang ya? Aku banyak saingan dalam berebut Aisha. Mulai dari Romi yang jago biologi, Ronal yang terkenal dengan permainan futsal nya, Jodie yang benar2 lihai bermain basket, hingga ke Herman yang cuma terkenal karena bandelnya. Mereka semua punya nama. Aku? Tidak pernah ada yang dengar tentang Alif kecuali sebagai seorang yang freak, antisosial, aneh, tidak punya teman selain komputernya, dan suka menuliskan kode2 yang -- di mata orang awam -- hanya sekumpulan digit tak berarti. Tidak ada yang mengerti diriku sebaik Aisha. Bahkan orangtuaku sekalipun tidak berusaha mengenaliku, mereka menganggap ada baiknya aku mendapat kebebasan tersendiri untuk menjelajahi dunia tanpa ada orangtua yang mengunci.
 Namun Aisha tidak seperti kebanyakan orang. Ia mengerti maksudku, ia adalah orang paling logis yang pernah kukenal. Ia mengerti maksud semua kode yang kutuliskan dengan belajar hanya dalam lima menit, ia telah menyempurnakan berbagai karya digitalku, ia mendampingiku hingga mendapatkan Worldwide Juvenile Programmer Award -- sesuatu yang tidak punya arti di mata teman2ku yang benar2 duniawi. Namun itu benar2 sebuah prestasi di mata Aisha, dan itu benar2 menghangatkan hatiku entah bagaimana.
 Aku mencoba lagi membaca Aisha. Sementara teman2ku berebut perhatian darinya, aku mencoba mengenalinya dengan caraku sendiri.

function AISHA {

 require "AI_BASE.part";

 $mind = fetch(../AI_STD.dll);
 $soul = fetch(../AI_SOUL.dll);
 $gender = fetch(../AI_BASE.part?g=female);


 $lock = focus_SECURE($gender);
 $lock = lock_down($lock);

 if($condition1)
 {
  $person = $react20187;
  $condition1 = FALSE;
 }


 while($condition === TRUE)
 {
  $person = fetch(../AI_ACT1.dll);
  $person = $person++;
  $react = $person;
  $react = TRUE;
 }


}


Aku berhenti sebentar. Aku telah menuliskan rutin yang sama di semua kode AI yang telah kubuat. Aku kembali memeriksa Aisha1.co (kode AI untuk Aisha yang pertama kubuat) hingga ke Aisha267.co yang terakhir kubuat. Kubandingkan kodenya, berusaha menemukan kelebihan dan kekurangan tiap kode, dan aku menyalin beberapa baris kode dari tiap file. Aku menyalin tiap baris yang menurutku akan menyempurnakan kode kali ini. Kemudian aku mencoba mengeksekusi kode tersebut.


Unable to execute order. Invalid executed function.
(L98) Not expecting NULL_CONDITION in line 98.
(L114) Unexpected '(' in WHILE function in line 114.
(L118) Unable to execute WHILE function in line 118. Refer to previous error.
(L167) INVALID_FUNCTION error in line 167.
...


Aku terus membaca daftar kesalahan di kode yang kubuat. Rupanya ada banyak fungsi yang belum kuhentikan, padahal seharusnya ekspresi tersebut kututup sebelum menjalankan fungsi berikutnya.
 Aku memperbaiki lagi AI ku, dengan cepat memindai tiap baris kodeku dan menemukan tiap error yang dimaksud oleh parser kodeku.
 Aku kembali mengeksekusi kodeku. Namun ternyata hasilnya masih belum memuaskan.

 save_file("Aisha268.co","../AI/Aisha/");


 "Ini payah," gumamku. Akupun mematikan laptopku dan pergi tidur.


function Sleep($user) {


 require "user.dat";

 if($brain_work=17%)
 {
  $user = SWITCH_OFF;
  $user = temp_SHUT_DOWN;
  $user = limit_SD;
  $faint = temp_SHUT_DOWN,SWITCH_OFF,long_term_SD;
  $faint = FALSE;
  $death = SWITCH_OFF,perm_SHUT_DOWN;
  $death = FALSE;
  $user = TRUE;
 }
}


 Sleep("Alif");


******


Aku terbangun mendapati limabelas missed call dari Aisha di layar ponselku.
 Tumben?
 Aku segera menghubungi Aisha. Belum sedetik teleponku tersambung, Aisha sudah menjawab.
 Pembicaraan kami benar2 singkat secara harafiah. Ia memintaku menemuinya di taman sesegera mungkin, dan aku segera mandi kilat dan mengenakan baju santai -- kaos dan jeans, jenis baju yang tidak mungkin diduga kumiliki oleh teman2ku.

function quick_bath() {


 require "user.dat";


 if($hygiene <= 50% || $chase = TRUE)
 {
  $user = clean_user("Alif",$time-500);
  $user = TRUE;
 }


}


quick_bath();


Selesai berganti pakaian, aku segera berlari ke taman. Kulihat Aisha di tempat ia berjanji akan hadir. Airmata membanjiri wajah eloknya.
 "Ada apa?" tanyaku segera. Itulah tipeku: langsung ke pokok permasalahan, mempunyai rumus untuk segala kondisi.
 "Kau tidak akan percaya," katanya dengan agak tersendat. Iapun menceritakan pengalamannya semalam. Semakin ia berusaha mengingat dan menceritakannya, semakin deras aliran airmatanya.
 Ia benar: aku tidak bisa mempercayai yang diceritakannya.
 Seorang Aisha? Seorang yang nampak begitu innocent, terlindung, dan ahli ilmu beladiri...diperkosa?
 Kurang ajar.
 Aisha semakin menangis. Beberapa orang mulai menoleh. Aku tidak tahan lagi, semakin jauh ia menceritakan pengalaman mengerikannya, semakin aku tidak mau mendengarkan.
 Mengerikan.
 "Sudah lapor polisi?" tanyaku karena aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aisha mengangguk.
 "Mereka sudah janji akan -- hik -- mengejar pe-- hik --lakunya. Katanya bekas2 di pakaianku dan sisa2nya di tubuhku bisa digunakan untuk membantu pencarian," jawabnya sesenggukan. Aku agak gemetar waktu ia mengucapkan 'tubuhku' -- aku bisa mengerti ketakutannya -- namun aku kemudian terdiam.
 "Itu tidak akan cukup," ungkapku. "Kau sudah memberikan detailnya?"
 "Sudah," katanya. "Sudah kuberitahu mereka segalanya yang bisa ku ingat dari waktu itu. Aku benar2 takut."
 Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa iba. "Lalu kenapa kau masih diperbolehkan berjalan2 tanpa pengawasan?"
 "Aku tidak pernah berkata akan ke sini tanpa pengawasan," jawabnya sambil memiringkan kepalanya sedikit ke arah bangku di seberang air mancur taman. Aku melihat sebuah mobil sedan metalik diparkir di sana, dan saat melihat plat nomernya, aku langsung tahu itu mobil Aisha. Kemudian Aisha memberi sedikit tanda padaku untuk melihat ke belakang. Di belakangku pun aku melihat mobil yang langsung kukenali sebagai mobil paman Aisha. Dan kemudian aku sekilas melihat orang tua memandangku tajam dari balik koran yang pura2 ia baca. Aku mengenali mata elang yang ramah itu. Kakek Aisha.
 Aku menjadi waspada.
 "Aku ingin sekali menghiburmu," ujarku jujur. "Tapi aku tak tahu mesti bagaimana."
 Akhirnya Aisha tersenyum. Pipinya masih basah airmata, namun ia segera mengelapnya kering.
 "Terimakasih banyak," katanya. "Sebaiknya kau mulai memisahkan rumusmu di dunia maya dan kehidupan sesungguhnya. Hidup tidak bisa dihitung."
 Saat itulah aku sadar maksudnya. Dan mendadak aku telah mendapat menyempurnaan untuk kode Aisha.



function AISHA {

 require "AI_BASE.part";

 $mind = fetch(../AI_STD.dll);
 $soul = fetch(../AI_SOUL.dll);
 $gender = fetch(../AI_BASE.part?g=female);

 $lock = focus_SECURE($gender);
 $lock = lock_down($lock);

 if($condition1)
 {
  $person = $react20187;
  $condition1 = FALSE;
 }

 while($condition === TRUE)
 {
  $person = fetch(../AI_ACT1.dll);
  $person = $person++;
  $react = $person;
  $react = TRUE;
 }

 continue(FALSE);

 terminate_function();
 terminate_command(); 
 end();

}

Aku kembail memikirkan kode yang terbentuk di pikiranku itu.
 Ya, pikirku. Itulah baris yang kucari selama ini. Seharusnya aku tidak berusaha mengkalkulasikan Aisha. Jika aku ingin memahaminya, aku harus mengenalinya dengan lebih duniawi. Dengan cara yang tidak hanya bisa dihitung, namun juga dirasakan. Seharusnya aku mengakhiri kode ini dari dulu.
 Aku tidak bisa menahan senyum.
 "Kau akan dijemput mereka?" tanyaku.
 "Boleh tidak," katanya membaca pikiranku. "Namun mereka akan mengawalku."
 "Tidak masalah," kataku. "Mau kuantar pulang?"
 Aisha langsung memahami seluk beluk pikiranku. Ia memberiku senyumnya yang memukau.
 "Tak akan kutolak," katanya sambil menggenggam tanganku. 
 Kami berdiri dan berjalan kaki ke rumah Aisha. Dari pojok mataku, aku bisa melihat tiga penjaga Aisha ikut bergerak. Tapi aku tak peduli.
 Keluarga Aisha kenal baik padaku. Mereka percaya padaku. Dan aku percaya mereka.
 Kali ini adalah waktuku sendirian bersama Aisha. Kami menikmati tiap langkah yang kami ambil, aku selalu merasa ada yang melonjak di dalamku tiap teringat tangan yang kugenggam, dan aku mulai berusaha mengenalnya lebih baik. Dan -- jika sempat -- kami membicarakan tentang AI yang telah kubuat atau mungkin, hanya mungkin, aku melihat matanya berkilat tiap ia menanyakan sesuatu tentangku dan mendapatkan jawaban.
 Aku cuma bisa berharap perkenalan kami ini bisa menjurus ke arah yang lebih dalam. Yang lebih permanen.
 Doakan aku ya?

function Story_Terminate($title) {

 terminate_function();
 terminate_command();
 end();

}

 Story_Terminate("AI Untuk Aisha");

******

0 komentar:

Post a Comment